Kampung Bayam dan Janji Hunian yang Tak Kunjung diwujudkan
Penggusuran paksa permukiman akibat proyek pembangunan infrastruktur di Jakarta bukanlah hal baru. Salah satu kasus yang masih menyisakan permasalahan hingga kini adalah pembebasan lahan di area Kampung Bayam, yang terdampak langsung oleh pembangunan Jakarta International Stadium (JIS). Sejak dibebaskan pada pada 2020, warga eks Kampung Bayam mengalami ketidakpastian tempat tinggal dan harus berjuang mendapatkan kembali hak mereka atas hunian yang layak.
Menjelang Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2024, nasib warga eks Kampung Bayam kembali menjadi perhatian. Salah satu pasangan calon, Pramono Anung-Rano Karno, memasukkan penyelesaian masalah ini dalam daftar program prioritas mereka dalam 100 hari pertama jika terpilih.
“Pertama, akan mengunjungi Kampung Bayam. Kedua, akan menyelesaikan masalah ini tidak lebih dari satu bulan jika Mas Pram terpilih menjadi gubernur,” kata Aldy, juru bicara Pram-Anung, kepada Tempo pada 28 September 2024.
Kampung Bayam merupakan wilayah yang terdampak secara langsung oleh proyek kawasan pembangunan Jakarta International Stadium (JIS). Kampung ini mengalami pasang surut pembangunan kota, sebelum akhirnya lenyap digusur oleh proyek pembangunan Jakarta International Stadium (JIS) pada 2020 di era Gubernur Anies Baswedan.
Secara historis, warga yang tersisa di Kampung Bayam, Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara telah mengalami penggusuran setidaknya 3 kali. Awalnya, mereka menempati lahan utama di area utama JIS – yang saat itu dikenal sebagai area Taman BMW – dan mengalami penggusuran paksa pada 2008 di masa Gubernur Fauzi Bowo. Warga kemudian mengosongkan area utama dan menempati area pinggir di utara sepanjang pagar lahan dan rel kereta api. Dengan pendampingan Urban Poor Consortium, warga membuat perencanaan dan membuat kapling petak petak rumah – kebun – rumah – kebun sebesar 3 x 5 meter. Waktu berjalan, lama kelamaan lahan di Taman BMW mulai diisi warga kembali. Pada 2016 di masa Gubernur Basuki, warga yang menempati area utama kembali mengalami penggusuran dan terdesak menempati petakan-petakan lahan kebun di area Utara.
Pada 2020, area Kampung Kebun Bayam terdampak pembangunan stadion dan 642 KK harus meninggalkan lokasi pembebasan lahan. Uang pengganti yang diberikan hanya cukup untuk biaya bongkar, pindah dan beberapa bulan mengontrak. Tidak ada kepastian keamanan bermukim. Kini, area Taman BMW dan Kampung Bayam telah menjadi kawasan kompleks Jakarta International Stadium (JIS).
Sementara itu, warga Kampung Bayam kini tinggal berpencar-pencar; di berbagai kontrakan, hunian sementara, rusunawa Nagrak, Rorotan, dan Penggilingan.
Pada 2022, Pemerintah Provinsi (pemprov) DKI Jakarta juga membangun Kampung Susun Bayam (Kampus Bayam) di lokasi eks Kampung Bayam. Kampung Bayam dibangun untuk 123 KK yang telah lolos verifikasi dan bersedia tinggal di Kampung Susun Bayam serta telah mendapat SK Calon Penghuni dari PT Jakarta Propertindo dan Surat Walikota Jakarta Utara Nomor e-0176/PU.04.00. Kelak, 123 KK yang menjadi penghuni Kampung Susun Bayam akan meneruskan warisan berkebun dari Kampung Kebun Bayam serta dipekerjakan sebagai tenaga pendukung operasional JIS. Kampung Susun Bayam selesai dibangun pada 12 Oktober 2022 dan diresmikan oleh Gubernur Anies Baswedan. Namun, setelah Gubernur Anies Baswedan mengakhiri masa jabatannya pada 22 Oktober 2022, proses penghunian Kampung Susun Bayam di masa Pj Gubernur Heru Budi terhenti. Hingga kini, warga belum juga dapat menempati Kampung Susun Bayam.
Mereka kemudian melakukan aksi pendudukan (occupy) di bawah tenda biru, pada bahu jalan di depan pintu masuk Kampus Bayam. Aksi tersebut tak mendapat titik terang. Tak satupun warga yang telah memiliki SK Calon Penghuni bisa menempati Kampung Susun Bayam. Mereka tinggal di tenda selama hampir satu tahun, sampai akhirnya harus pindah sementara ke Rusunawa dan kontrakan karena ada pekerjaan perbaikan trotoar menjelang pertandingan U17.
Lambat laun, terdapat narasi baru yang dimunculkan tentang fungsi Kampung Bayam yang semula untuk ex warga Kampung Bayam menjadi fasilitas bagi pekerja JIS. Seperti dikutip dari Kompas.com, Manajer Proyek PT Jakpro, Arry Wibowo mengatakan bahwa KSB akan digunakan sebagai fasilitas bagi para pekerja JIS. Begitu juga dengan Sekretaris Daerah (sekda) DKI Jakarta, Joko Agus Setyono, seperti dikutip dari Kompas.com dia menyebut bahwa KSB akan digunakan untuk kepentingan JIS. Alhasil, hingga detik ini tak satupun warga ex Kampung Bayam yang menempati KSB, meski telah memegang SK sebagai calon penghuni yang mengakibatkan ketidakpastian hidup dan bertempat tinggal bagi mereka. Sementara itu mediasi juga telah dilakukan bersama Komnas HAM, namun menemui jalan buntu.
Akibat ketidakjelasan status hunian di Kampung Susun Bayam, warga terpaksa mencari tempat tinggal sementara di berbagai lokasi, termasuk Rusunawa Nagrak dan Rorotan. Namun, kondisi ini justru menambah beban mereka, baik secara ekonomi maupun sosial.
Warga yang tinggal di rusun Nagrak dan Rorotan misalnya. Mereka mengalami kesulitan secara ekonomi karena lokasi yang cenderung terisolasi, sehingga membuat warga mengeluarkan ongkos lebih banyak untuk pulang-pergi ke tempat kerja dan hal hal lain yang menjauhkan mereka dari sumber-sumber ekonomi. Selain itu, anak-anak mereka juga mengalami dampak yang signifikan. Jarak yang jauh dan keterbatasan transportasi membuat mereka kelelahan dalam perjalanan ke sekolah, dan sering terlambat.
Ketidakpastian ini tidak hanya berdampak pada kondisi finansial, tetapi juga kesejahteraan dan masa depan warga. Meski telah memiliki SK sebagai calon penghuni Kampung Susun Bayam, mereka masih harus berjuang mendapatkan hak atas tempat tinggal yang dijanjikan. Hingga kini, harapan untuk kembali ke hunian yang seharusnya mereka tempati masih menggantung, sementara mereka terus bertahan di tengah keterbatasan dan ketidakpastian.
No responses yet