• Urban Poor Consortium Official Website
  • Berbagi Lahan Berbagi Kehidupan
Home » Artikel » Rumah Pengusaha Starbike

Rumah Pengusaha Starbike

adminupc 21 Jan 2016 7

Hari itu Wak Dadang absen bergotong-royong membangun rumah percontohan di kampung Tongkol. Sore hari, setelah bagian terakhir rangka atap dari bambu selesai digotong ke bubungan, baru nampak batang hidung lelaki paruh baya itu. Di balik senyum yang agak dipaksakan ada raut kekesalan…

“Pedalnya bengkok, Dek.” Wak mengadu, menunjuk pada sepedanya.
“Paling-paling tadi dijatohin dari truk sama tramtib.”

Rupanya sore itu Wak Dadang baru kembali menebus sepeda dari kantor tramtib Jakarta Utara. Sepeda mini berwarna biru bersalur bercak karat itu memang biasa dipakai berjualan kopi sachet seduh di sekitar Taman Fatahillah setiap pagi. Starbike, nama keren model jualan kopi dengan bersepeda seperti itu. Rupanya lagi, ruang publik paling ramai se-Jakarta Utara itu tidak boleh dipakai mangkal berjualan dengan starbike. Tunggu dulu. Mana mungkin mangkal dengan sepeda? Aneh sekali tramtib yang menggaruk sepeda Wak Dadang, sudah berbuat salah dirusak pula satu-satunya alat pencari nafkah itu.

Menjadi pedagang kaki lima di kota besar perlu keuletan, kesabaran, dan keberanian. Seperti yang dimiliki Pak Jamal penjual sate dan Bang Yunus kang ojek, yang terus bekerja dan menolong saat kejadian bom teror di Sarinah. Yang sedang sial, angkringan STMJ di Surabaya diseruduk Lamborghini sembalap liar. Ada pula yang sampai putus asa. Lima tahun lalu, Mohamed Bouazizi di Tunisia protes dengan membakar diri setelah perangkat dagangnya diganggu tramtib kota Sidi Bouzid. Kita tahu, kejadian itu membangkitkan efek kupu-kupu; memicu gelombang pasang Arab Spring yang menerjang batas-batas negara, menjatuhkan pemerintahan korup. Demikian suka duka segelintir rakyat kaki lima.

Kembali ke Jakarta Utara. Seperti juga para tetangganya yang ikut kelompok arisan pembangunan rumah bersama-sama, Wak Dadang dengan penghasilan yang sangat terbatas membutuhkan tempat tinggal di tengah kota untuk dapat beranjak dari lingkaran kemiskinan. Misalnya, dari berjualan kopi sehari didapat penghasilan bersih Rp 20 ribu, dengan menabung Rp 10 ribu per hari Wak Dadang dapat mengangsur arisan rumah sebesar Rp 300 ribu per bulan. Supaya pinjaman Rp 150 juta dari Urban Poor Consortium (UPC) untuk enam keluarga di Tongkol dapat lunas dalam 6 tahun.

Konstruksi bambu: mudah didapat, terjangkau, dan dapat dikerjakan oleh warga.

Bertempat tinggal di kota adalah privilese. Karena kota menawarkan rejeki, pendidikan, wawasan, ide, pergaulan, pengalaman, hiburan, teknologi, dan banyak lagi. Bagi sosiolog perkotaan Henri Lefebvre, “hak atas kota lebih dari sekedar hak untuk mengakses sumberdaya kota, tetapi juga hak untuk mengembangkan diri dengan (turut) mengembangkan kota.” Dan bagi banyak orang saat ini, kota adalah rumah. Apalagi bagi mereka yang lahir dan dibesarkan disana. Seperti halnya Jakarta Utara bagi kebanyakan warga Kampung Tongkol.

Comments are not available at the moment.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*

*

*

Related post
Power from Below: Gerakan Perempuan Miskin Kota di Makassar

adminupc

02 Jan 2017

Daeng Caya, Daeng Kebo, dan Lina duduk menunggu Walikota Makassar di kantornya pagi itu. Mereka datang lebih cepat setengah jam dari waktu yang disepakati. Dandanan mereka lebih “rapi” dari biasanya. Selain jilbab, Daeng Caya dan Daeng Kebo juga memakai sepatu sandal dengan hak sedikit tinggi hari itu. Ini berbeda dengan kesehariannya. Dalam sehari-hari mereka biasa …

Ahok, Fasisme dan Sampah Kota

adminupc

12 Apr 2016

Sepotong kalimat di sebuah spanduk mengatakan “Kami manusia. Ajak kami berdialog secara bermartabat. Jangan gusur kami seperti sampah”. Entah kerasukan pembangunanisme dari mana, Gubernur Ahok terus melakukan penggusuran di Jakarta yang menurutnya berada di atas tanah Pemda dan karenanya tindakannya legal. Seolah sepotong konsep legal sudah lebih dari cukup untuk bekal gubernur dan memperlakukan manusia, warganya di Jakarta. …

Perjuangan Organisasi Rakyat dalam Habitus Kampung dan Kota

adminupc

10 May 2015

Pengantar Tulisan ini bersifat narasi deskriptif mengenai dinamika organisasi rakyat miskin yang memperjuangkan kepentingannya dalam konteks transisi demokrasi pasca reformasi 1998. Penulis berasumsi bahwa reformasi di ranah politik telah merevitalisasi kebebasan berorganisasi dan berpendapat di ranah sosial. Hanya saja, tidak selalu persis sama apa yang dipertaruhkan kaum reformis di ranah politik dengan apa yang diperjuangkan …

Peluang Gerakan Sosial Dalam Demokratisasi Politik

adminupc

23 Apr 2015

Gerakan sosial Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar di era pasar bebas Asia 2015. Tantangan yang dimaksud adalah keterikatan pemerintahan dalam sistim pasar bebas akan membuka investasi asing berbasis sumberdaya alam, pasar moderen dan infrastruktur – sampai ke pemeritah daerah. Pemerintah pusat telah mengembangkan kebijakan MP3EI – Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia …

Tentang Bank Dunia dan Kemiskinan

adminupc

16 Apr 2015

  Bank Dunia Dan Kemiskinan Carlos A. Heredia1) Equipo Pueblo I. Latar Belakang Menurut Human Development Report 1995, yang dikeluarkan oleh UNDP, sebesar 1,3 miliar penduduk di negara berkembang hidup dalam kemiskinan, dan hampir 800 juta di antaranya menderita kurang pangan. Laporan yang sama memperlihatkan perbedaan tingkat laju pertumbuhan di suatu negara, antar-negara, dan antara …

Apa itu Neoliberalisme?

adminupc

16 Apr 2015

Apa itu Neoliberalisme? Definisi singkat untuk aktivis Oleh Elizabeth Martinez dan Arnoldo Garcia Jaringan Nasional untuk Imigran dan Pengungsi “Neo-liberalisme” adalah sejumlah kebijakan ekonomi yang mulai menyebar luas sejak sekitar 25 tahun lalu. Walaupun istlah ini jarang terdengar di negara seperti Amerika Serikat, anda dapat melihat dampak neo-liberalisme dari kenyataan bahwa yang kaya makin kaya …

Hot Categories