SEJARAH UPC
ALUR SEJARAH UPC
1997: Tahun memulai
UPC didirikan pada 24 September 1997 dalam bentuk Konsorsium yang beranggotakan lembaga dan individu, gabungan antara aktivis NGO, seniman, professional seperti arsitek, wartawan, antropolog, dan sebagainya. Keragaman latar belakang ini didasarkan pada pemahaman tentang permasalahan yang menjadi focus permasalahan upc, kemiskinan kota, yang diasumsikan kompleks dan multi-segi. Artinya, penanganan permasalahan ini, menggunakan konsep Paulo Fraire, mengandaikan adanya pendekatan multi-disiplin dan tim gabungan yang dapat melihat permasalahan dari sudut yang berbeda, dalam satu kesatuan yang holistik.
Pendirian UPC merupakan kelanjutan dari kegiatan kerja bersama rakyat miskin kota di Jelambar Baru, Jakarta Barat yang sudah berlangsung sejak 1993, yang berskala kecil, difokuskan pada upaya pengorganisasian dengan pendekatan model Alinsky. Konteks sosial politik pada paruh pertama dasawarsa 1990 yang represif, dengan budaya bisu dan depolitisasi yang sangat intensif dan efektif menjadikan kerja pemberdayaan dengan rakyat harus berlingkup kecil, cenderung underground dan sangat berhati-hati. Kegiatan yang telah berlangsung selama 3 tahun dengan input energi dan skill yang tinggi serta waktu yang panjang tersebut pada akhirnya dipaksa berhenti karena bersinggungan dengan percaturan kepentingan politik ekonomi lokal, dan mengganggu vested interest mereka.
Tiga premis dasar mengkerangkai pendirian UPC: kepercayaan bahwa perubahan ke arah sistem yang adil dan beradab tidak bisa dari kelompok elit tetapi dari rakyat di bawah; gerakan NGO yang dikarantina oleh penguasa Orde Baru sehingga gagal menjadi catalyst gerakan rakyat untuk perubahan; dan pentingnya pengorganisasian rakyat untuk basis gerakan perubahan menempatkan kembali kedaulatan di tangan rakyat.
Kegiatan persiapan dimulai dari awal tahun, dengan diskusi dan pematangan konsep, di antaranya konsep Humnan Scale Development (Max-Neef et.al.) yang menjadi kerangka konseptual bagi formulasi teoritik bentuk, fokus dan langkah UPC. Di antara konsep penting yang digunakan adalah definisi kemiskinan yang tidak tunggal dan ekonomistik, tetapi plural; dan analisis adanya krisis utopia, dimana orang bahkan sudah tidak berani lagi untuk bermimpi kemungkinan adanya sistem social alternatif yang lebih adil dan beradab.
Kenyataan masyarakat yang terfragmentasi secara parah mendorong para inisiator upc untuk merancang satu program kegiatan yang dinamakan Ruwatan Bumi, upaya membangun jembatan solidaritas, kepedulian, kerjasama, dalam upaya membangunkan orang dari inertia, merajut kembali benang modal sosial yang patah-patah dan rusak. Rancangan dilaksanakan mulai Hari Bumi, April 1998.
1998: Tahun membongkar budaya bisu
Ruwatan Bumi, dengan upc, selain individu seniman dan aktivis NGO, sebagai salah satu penggeraknya, berlangsung dari April sampai Juni, melibatkan lebih dari seratus kelompok di tingkat lokal, nasional dan internasional (Berkeley, Australia), menafsir purifikasi bumi dan tolak bala dalam bentuk ratusan ragam kegiatan yang melibatkan professional, akademisi, kampus-kampus universitas, kelompok kampung, NGO, seniman, artis film, perempuan, anak-anak dan media massa.
Kerusuhan Mei di Jakarta membakar dan menghancurkan infrasturktur, ekonomi dan merampas rasa aman dari penduduk kota, merenggut nyawa ratusan orang karena yang menjadi korban peluru dan api, dan merenggut kemanusiaan para perempuan, khususnya para perempuan Tionghoa yang diperkosa para lelaki dalam kerusuhan tersebut.
Suharto jatuh pada 20 Mei 1998.
UPC melakukan dua kegiatan mereaksi kerusuhan Mei: membentuk tim pengumpul data dari kalangan rakyat kampung bersama NGO; mengadakan malam kultural dan public testimony di Graha Bakti Taman Ismail Marzuki yang menampilkan fragmen gambaran situasi dan para saksi korban Kerusuhan Mei. Ribuan orang hadir dan menyaksikan acara tersebut. Acara dimaksudkan untuk mendesak dilakukannya investigasi dan pertanggungjawaban penguasa atas peristiwa yang terjadi, menggugah kesadaran dan kepedulian publik.
Exposure trip ke Filipina, Thailand dan India: tim dari UPC melakukan berjalanan ke tiga negara untuk bertukar pikiran, pengalaman, ide dan konsep dengan organisasi dan individu di 3 negara tersebut,sebagai bagian dari penajaman visi, misi, bentuk dan strategi UPC, juga khususnya ide, konsep dan pengalaman dalam hal pengorganisasian rakyat dan penumbuhan gerakan rakyat.
Advokasi hak bekerja tukang becak di Jakarta (Juni1998): Gubernur Sutyoso mengundang becak untuk beroperasi di Jakarta selama krisis ekonomi masih berlangsung, walaupun ada Perda (11/1988) yang melarang. Setelah satu minggu, Sutyoso mencabut undangannya dan mengusir para tukang becak dari Jakarta. Advokasi kasus ini merupakan langkah advokasi dan pengorganisasian pertama yang dilakukan UPC.
Workshop Regional (Oktober 1998). Sebagai langkah penyimpulan dari exposure program, tim dari tiga negara diundang dalam satu workshop di Yogya, untuk menformulasikan secara lebih tajam dan rinci focus gerakan yang akan diambil oleh UPC.