Pertemuan Akhir Tahun 2015 – JERAMI

Pertemuan Akhir Tahun Jejaring Rakyat Miskin Indonesia
Tiap akhir tahun, Jejaring Rakyat Miskin Indonesia (JERAMI) melakukan pertemuan untuk melakukan evaluasi program, peningkatan kapasitas, dan menyusun rencana program yang akan di jalankan untuk berikutnya. Berbeda dengan tahun sebelumnya (baca juga :pertemuan-akhir-tahun-2014-jerami ), Pertemuan Akhir Tahun (PAT) 2015 dirangkaikan dengan penyelenggaraan pasar Rakyat. PAT kali ini diikuti oleh perwakilan dari kota Kendari (GERMIS), Makassar (KPRM), Jakarta (JRMK), Lampung (JRMK), Bratasena (FORSIL), Porong (KLM) dan Surabaya (PWSS). Dengan biaya pribadi ditambah subsidi dari Organisasi Rakyat-nya, setiap organisasi kota mengutus 2- sampai 5 orang.
Seperti tradisi yang dilakukan setiap tahun, penyelenggaraan PAT kali ini juga diawali dengan perayaan Hari HAM Internasional, pada tanggal 10 Desember. Kali ini JERAMI bersama dengan pelbagai organisasi dengan membentuk aliansi bernama KOPER HAM, melakukan aski di depan istana Negara.(baca juga : jerami-peringati-hari-ham-internasional). Isu yang diangkat oleh JERAMI dalam perayaan tersebut masih soal ancaman penggusuran, baik permukiman maupuan pekerjaan sector informal yang dihadapi rakyat miskin kota. Kegiatan di tanggal 10 Deesember 2015 tersebut diakhiri dengan dialog refleksi bersama Ian Wilson (seorang peneliti dari Australia).
Setelah agenda perayaan Hari HAM dan dialog refleksi dengan Ian Wilson, seluruh peserta dan panitia berangkat menuju Parung, Bogor, tempat dilaksanakannya PAT selama 5 hari. Berikut ulasan proses PAT tersebut :
Evaluasi Program 2015
Pada 11 Desember 2015, perwakilan JERAMI bersama seluruh aktivis Urban Poor Consortium (UPC), sudah berada di Desa Iwul, Parung Bogor. Setelah pembukaan yang berjalan singkat, para peserta dan aktivis yang selama ini bekerja bersama rakyat miskin, berkumpul membentuk kelompok untuk melakukan evaluasi dan menyusun bahan refleks dari kerja-kerja pengorganisasian yang telah dilakukan di tahun 2015. Tiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan, dan saling memberi pandangan. Kemudian Dini, fasilitator pertemuan dari SCN, menyimpulkan capaian dari tiap program yang telah dijalankan yaitu : program Ekonomi, Program Kesehatan Alami, Program Hak Dasar dan program Peningkatan Kapasitas. Intinya, dalam menjalankan kegiatan di setiap kota diakui ada kendala, baik dari segi kapasitas juga keseriusan dari anggota yang tersebar di kampung-kampung miskin kota.
Dialog Gerakan kesehatan Alami
Agenda hari kedua dimulai dengan diskusi wawasan tentang kesehatan alami yang di bawakan oleh Kim Kwang Hoon dan Wiladi Budiharga. Sebagai pengantar, Kim menanyakan pada peserta PAT, “Mengapa kita semua sulit menjalankan gaya hidup sehat alami?”. Karena tubuh kita tidak hidup selaras dengan pikiran,” lanjut Kim. Mencoba gaya hidup sehat bukan hal mudah, harus mulai dari pikiran dan dijalankan secara penuh kesadaran. Kim sendiri merupakan mantan aktvis pro demokrasi Korea yang kini aktif mengkampanyekan gaya hidup sehat, gaya hidup yang selaras dengan alam. Sejak tahun 2011 lalu, Kim aktif mengajarkan tentang gaya hidup sehat alami ke JERAMI.
Ide tetang gaya hidup sehat alami sendiri didasari atas semangat perlawanan, perlawanan terhadap sistem kesehatan modern yang menindas. Sistem kesehatan yang kita gunakan selama ini, sebenarnya digerakkan untuk membuat orang sakit. Deangan semakin banyak yang sakit, keuntungan industri farmasi semakin banyak, timpal Wiladi yang mendampingi Kim dalam diskusi tentang kesehatan alami, siang itu
Mencoba membuka cakrawala pemahaman para peserta PAT, Kim mengambil contoh sebuah kota, Marinaleda, di Spanyol Andalusia. Di daerah yang miskin ini masyarakatnya hidup dengan cara alternative. Mereka punya sekolah sendiri, mengatur kota dengan gaya sendiri, gaji atau upah sama besarnya dari buruh hingga walikota, dan industri ada agar orang-orang bisa sejahtera dan bisa bekerja. Marinaleda ini merupakan kota yang dibangun dari perjuangan perebutan tanah yang berlangsung selama 18 tahun.
Berkaca dari kisah kota tersebut, Kim menegaskan bahwa mencoba gaya hidup alterntif bukanlah hal mustahil untuk rakyat miskin kota. Kita bisa memulai dengan hal sederhana, mulai dari bertanam sayur dengan pot atau dengan menjalankan pola makan sehat. Dengan jalan itu kita bisa lepas dari system kesehatan modern yang tidak membuat orang sehat.
Dialog Peningkatan Kapasitas
Kemudian, setelah Kim dan Wiladi selesai, acara dilanjutkan dengan diskusi dengan Wardah Hafidz, pendiri UPC. Dengan cara yang sangat sederhana, Wardah mengajak peserta untuk berdiskusi tetang organisasi. “Berorganisasi diibaratkan sebuah perjalan panjang dari satu tempat ke tempat yan sangat jauh,” kata Wardah mengawali diskusi. Kemudian tiap kelompok diminta untuk mengidentifikasi apa kebutuhan jika menempuh perjalanan yang sanga jauh, apa yang perlu dipersiapkan. Cara ini, kontan membuat para peserta terlihat antusias mengikuti sesi dialog. Hampir semua bicara, menyumbang ide tentang persiapan yang dibutuhkan untuk melancarakan sebuah misi perjalanan.
Setelah paparandari setiap kelompok dan yang dilanjutkan dengan diskusi, akhirnya terbangun kesepahaman akan pentingnya penguatan ke dalam tubuh organisasi rakyat sendiri. Bentuk penguatan tersebut akan dilakukan dengan peningkatan kapasitas pengorganisasian bagi pengurus kota dan pengurus kampung, pembenahan manajemen dan regenerasi pengurus, dan focus pada penambahan jumlah anggota melalu proses penyadaran kritis. Bagi Organisasi rakyat, anggota merupakan basis kekuatan yang tidak hanya menjadi alasan organisasi tetap ada namun juga sebagai basis kekuatan yang perlu terus terorganisir untuk mencapai organisasi rakyat yang mandiri.
Halaman: 1 2