Pendidikan Dasar Koperasi – Jalan Menuju Kemandirian Organisasi Rakyat

Koperasi merupakan soko guru perekonomian bangsa, kata Bung Hatta, tetapi kenyataannya koperasi yang jumlahnya di Indonesia kini mencapai 200 ribu Koperasi yang berbadan hukum dan merupakan koperasi dengan jumlah terbesar di dunia, hanya menyumbang 2 % ke APBN. Demikian disampaikan Suroto saat mengawali sesi materi pendidikan dasar koperasi yang diselenggarakan oleh KPRM bersama UPC dan JERAMI, pada 4-5 November 2015 lalu.
***
Menurut Suroto kondisi koperasi yang minim kontribusinya bagi APBN seperti tersebut di atas, disebabkan karena tidak adanya keseriusan pemerintah untuk membangun perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama, jadi wajar jika koperasi yang ada saat ini sangat jauh dari upaya mensejahterakan anggotanya. Justru yang terjadi malah para anggota terjerat hutang dengan bunga tinggi. Hal ini diamini oleh anggota KPRM yang yang hadir sebagai peserta pelatihan. Peserta juga berbagi pengalaman bahwa tidak sedikit di antara mereka punya pengalaman terjebak dengan model koperasi serupa yang hanya menjadi jelmaan rentenir atau sering disebut koperasi“sobek-sobek”.
Pendidikan dasar koperasi ini, awalnya di inisiasi oleh JERAMI bersama UPC pada saat pertemuan tengah tahun 2015 lalu. Dalam pertemuan tersebut, yang difasilitasi oleh Roy Tjiong dari REMDEC, muncul gagasan tentang pentingnya memandirikan gerakan rakyat miskin kota agar tidak bergantung pada kekuatan dari luar. Untuk itu agenda pendidikan dasar koperasi yang di adakan di 3 kota, yakni Jakarta, kendari dan Makassar menjadi langkah awal mempersiapkan organisasi rakyat di masing-masing kota untuk dapat mendirikan koperasi.
Gayung bersambut, Suroto bersama Firdaus yang memang praktisi koperasi dan punya ketertarikan terhadap gerakan dan gagasan membangun koperasi dari rakyat miskin kota, secara sukarela bersedia menjadi fasilitator pendidikan dasar koperasi.
Firdaus aktivis koperasi yang telah berhasil membentuk koperasi dengan Sisa hasil Usaha (SHU) telah mencapai milyaran rupiah per tahun, menyampaikan bahwa gagasan koperasi jauh berbeda dengan gagasan fundraising semata. Koperasi harus didudukkan sebagai upaya melepas ketergantungan para anggota yaitu ketergantungan terhadap rentenir, terhadap janji politik, dan ketergantungan terhadap bantuan.
Hal senada juga diungkapkan Suroto bahwa program KUBE, misalnya, yang sedang dijalankan sekarang ini sebenarnya menjadi kendala tersendiri dalam menginisiasi pembentukan koperasi, karena KUBE bisa membuat anggota tergantung pada bantuan sedangkan koperasi idealnya harus berangkat dari modal anggota sebagai fondasi. Koperasi bermula dari praktek –praktek kecil tapi dengan komitmen yang tinggi dari para anggota. Namun hal yang paling penting dari model koperasi adalah nilai yang terkandung di dalamnya. Prinsip demokrasi, kesetaraan, adil dan transparan adalah sederet nilai yang sangat jauh dari model koperasi yang berkembang saat ini yang melihat koperasi hanya hitungan uang, dan hitungan pembagian SHU semata, bahkan lebih parahnya sebagparah lagi, sebagi kedok rentenir.
Di akhir acara dilakukan penyusunan rencana tindak lanjut ( RTL) yang disusun untuk mempersiapkan pembetukan koperasi KPRM. RTL yang disusun telah mengagendakan beberapa langkah kerja yang akan ditepuh oleh KPRM, yakni : pembentukan panitia persiapan pendirian koperasi, agenda sosialisasi di 12 kampung dan yang terakhir penyusunan segala kebutuhan rapat pendirian koperasi nantinya. Saat penyusunan RTL juga disepakati bahwa agenda sosialiasi yang akan dijalankan dapat sekaligus mejadi media untuk menampung usulan daripara calon anggota terkait bentuk koperasi, jenis usaha serta usulan lain yang dibutuhkan. Hal tersebut dibutuhkan guna menjawab tantangan adanya koperasi yang sesuai dengan kebutuhan para anggota.
Di sela acara penutupan, para peserta menyampaikan harapan akan segera berdirinya koperasi yang benar-benar dapat menjawab kebutuhan para anggota, juga dapat menjadi media bagi keberlanjutan perjuangan KPRM sebagai organisasi yang sejak awal didirikan dengan semangat BELAJAR, BERORGANISASI, BERJUANG UNTUK SEJAHTERA. Mengakhiri materi yag disampaikan, Suroto dan Firdaus berpesan bahwa KPRM dalam proses pembentukan koperasi kelak akan menghadapi banyak masalah, tetapi hal tersebut mutlak dilalui guna membesarkan koperasi. Paling penting dari semua itu semangat Abbulo Sibatang (Gotong royong) harus selalu terjaga, tambah Suroto. (Frd)