Kekuatan Warga Kampung Kota

Share:

Kekuasaan politik di Jakarta sekarang nampak tak lebih dari alat taipan pemodal yang menafikkan kehadiran rakyat miskin kota. Wajah ini nampak dari penggusuran permukiman informal yang semakin massif dilakukan pemerintah provinsi DKI sejak 2015 sampai sekarang. Sedangkan di sisi lain para pemodal besar difasilitasi untuk melakukan kegiatan bisnisnya, walau secara sosial, hukum dan lingkungan tidak layak seperti reklamasi teluk Jakarta untuk dijadikan kawasan bisnis.

Walaupun kondisi rakyat miskin kota demikian buruk dan ancaman penggusuran terus mengintai tak membuat warga berhenti berupaya untuk meningkatkan kualitas hidup. Mereka terus mengorganisasikan diri dan melahirkan kesadaran akan kekuatan komunitas. 

***

Komunitas warga di Kampung Lodan Jakarta Utara adalah salah satu contoh kampung yang selama ini dicap illegal oleh pemerintah provinsi yang masih bertahan dan terus melakukan upaya dalam meningkatkan kualitas hidup. Kampung yang terletak di bantaran kali ini sejak akhir tahun 2015 lalu,  telah melancarkan aksi bersih kampung secara rutin, yang dilaksanakan bersama dengan kampung-kampung lain di sekitar bantaran kali yang juga terancam penggusuran, misalnya kampung Tongkol dan Krapu.

Mereka melakukan bersih kampung bukan untuk mencari simpati dari pemerintah atau mengharap belas kasih.  “Kami sadar bahwa kami  punya kekuatan untuk menjaga kampung kami,” kata salah seorang penggerak warga di  daerah Tongkol.

Memang, keswadayaan warga di daerah bantaran kali  ini cukup tinggi, bahkan tercatat beberapa kampung pernah di daulat sebagai pemenang bersih kampung tingkat provinsi DKI Jakarta. Sayangnya kampung Pinangsia  yang    merupakan contoh kampung yang dimaksud di atas, sudah habis digusur.  Penggusuran tersebut tentu menghancurkan tatatan hidup komunitas kampung yang  kini tentu kian sulit ditemui di kota besar seperti Jakarta.

Aksi bersih lingkungan yang diadakan di kampung Lodan diadakan setiap minggu dengan keswadayaan penuh dari warga. Selain bersih kampung, untuk meningkatkan kohesi sosial, mereka juga memanfaatkan setiap kegiatan, seperti hajatan, untuk berbagi informasi dan saling menguatkan kalau ada yang ditimpa masalah.

Menggagas Pertanian Kota

Kamis (14/4/2016) lalu, puluhan warga kampung Lodan mengikuti kegiatan workshop pertanian kota. Workshop ini lahir sebagai buah pikir yang  warga yang  tergabung dalam Forum Warga Bantaran Kali. Meski sifatnya merespon tudingan kelas tengah, akan kekumuhan kampung mereka sehingga layak digusur, namun kegiatan tersebut diharapkan banyak member manfaat bagi kampung. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sayuran, tapi juga diharapkan menjadi media bagi warga untuk terus menerus menata kampung.

13001058_10153568691120963_3657126003946592263_n

Herman Joseph, sedang mempraktekkan pembuatan media tanama dari bahan Organik. Warga nampak serius memperhatikan (dok. Pribadi, Yantri)

Pertanian kota merupakan   model pertanian alternative untuk lahan sempit, dan biasanya juga memanfaatkan barang-barang bekas sebagai wadah atau pot. Herman Joseph, seorang  pengampu bidang ini secara sukarela menyempatkan waktu untuk berbagi keahlian di bidang pertanian ini dengan puluhan warga kampung. Meski dengan memanfaatkan media tanam seadanya, tapi model pertanian seperti ini dapat menanam berbagai jenis sayuran (cabe, tomat,  kangkung, sawi, bayam, seledri dan lain-lain).

Yantri, relawan dari Urban Poor Consortium, yang turut serta dalam  workshop pertanian kota ini menilai bahwa kegiatan seperti ini membuat warga kampung nampak bersemangat.  “Kami baru uji coba, jika ini dapat berjalan tentu akan sangat berguna bagi warga kampung. Tidak hanya dapat mengurangi sampah tapi juga warga kampung dapat memenuhi kebutuhan gizi akan sayuran,” terang Yantri. Bu Dede misalnya, mengaku dulunya tidak tertarik untuk menanam berbagai sayuran di halaman sempit karena tidak ada tanah, yang ada hanya beton semua.  Tapi setelah mendapatkan pengetahuan ini, ia sangat bersemangat dan akan mengembangkannya bersama puluhan ibu-ibu warga kampung Lodan lainnya.

8366_10153568693235963_1140612306949054004_n

Praktek pembuatan wadah dan media tanam organik dengan menggunakan sumber daya yang ada di kampung. (Dok. Pribadi Yantri)

Model pertanian ini tidaklah sulit kalau memang mau melakukannya. Warga cukup menyiapkan barang bekas sebagai wadah, lalu memanfaatkan tanah sungai sebagai media tanam. Untuk pupuk dapat menggunakan limbah organik yang formulanya juga bisa diracik sendiri oleh ibu-ibu. Praktis, murah dan sehat.

Pengembangan model pertanian kota oleh warga Lodan, sekali lagi menjadi bukti kekuatan dari kampung-kampung informal  yang ada di  Kota Jakarta.  Warga kesehariannya beraktifitas sebagai pedagang keliling,   pengemudi angkutan umum, buruh pabrik, dan semua pekerjaan yang dilakoninya untuk melayani kebutuhan kelas menengah. Kelas yang sebagian besar dari mereka tidak punya rasa terima kasih atas peran dan sumbangan orang-orang miskin terhadap hidup mereka. Bahkan mereka mendukung pemerintah untuk menghabisi permukiman informal dan komunitas warga yang selama ini telah memberikan sumbangan besar bagi kota. (Frd)

Jika Anda menyukai artikel di situs ini, silahkan input Email Anda pada Form yang disediakan, lalu Klik Untuk Berlangganan. Dengan begitu, Anda akan berlangganan setiap update artikel terbaru UPC gratis via FeedBurner ke Email Anda.

Artikel Lainnya