Tentang Bank Dunia dan Kemiskinan

Bank Dunia Dan Kemiskinan
Carlos A. Heredia1)
Equipo Pueblo
I. Latar Belakang
Menurut Human Development Report 1995, yang dikeluarkan oleh UNDP, sebesar 1,3 miliar penduduk di negara berkembang hidup dalam kemiskinan, dan hampir 800 juta di antaranya menderita kurang pangan. Laporan yang sama memperlihatkan perbedaan tingkat laju pertumbuhan di suatu negara, antar-negara, dan antara laki-laki dan perempuan. Asia Timur dan Pasifik merupakan kawasan yang mengalami penurunan baik jumlah penduduk miskin absolut maupun persebaran penduduknya relatif; sementara itu, di tempat lain, yakni kawasan Selatan justru mengalami peningkatan baik kemiskinan absolut maupun kemiskinan relatif. Perhitungan Bank Dunia menunjukkan bahwa pendapatan per kapita di Amerika Latin dan Karibia secara signifikan lebih rendah daripada yang terjadi di tahun 1975, dan negara-negara di kawasan Gurun Sahara Afrika mengalami kemunduran seperti pada tahun 1960.
Banyak pihak menganggap bahwa Bank Dunia secara langsung telah menjadi penyebab utama meningkatnya kesenjangan dan ketimpangan sosial di suatu negara dan antar negara; atau dapat dikatakan bahwa Bank Dunia telah gagal melakukan usaha-usaha pengentasan kemiskinan melalui program dan kebijakan pemberian bantuan. Tujuan penulisan makalah ini adalah memberi ikhtisar perdebatan yang terjadi akhir-akhir ini dan perkembangan-perkembangan sehubungan dengan kinerja Bank Dunia dalam mengentaskan kemiskinan. Tekanan secara khusus diberikan pada masalah ekonomi makro dengan sejumlah contoh yang diambil dari pengalaman Meksiko dan Amerika Latin secara umum. Makalah ini dimulai dengan ringkasan aneka ragam kritik terhadap Bank Dunia, diikuti dengan penjelasan tentang strategi Bank Dunia dalam menurunkan angka kemiskinan sekarang ini. Makalah diakhiri dengan diskusi tentang bagaimana tantangan-tantangan itu dihadapi oleh Bank Dunia agar menjadi sarana yang lebih efektif untuk mengurangi angka kemiskinan.
II. Kritik terhadap Peran Bank Dunia
Kritik terhadap pendekatan Bank Dunia atas kemiskinan memiliki beberapa bagian. Pada level proyek, analisis Bank Dunia sendiri menunjukkan bahwa sejumlah proyek yang mendapat bantuan dari Bank Dunia, terutama pemindahan penduduk secara paksa, menyebabkan naiknya tingkat kemiskinan jutaan manusia di negara-negara peminjam pada tahun-tahun belakangan ini.2) Bank Dunia juga dikritik secara tajam karena kegagalannya memasukkan perspektif gender ke dalam cara-cara kerjanya, meskipun kenyataan menunjukkan bahwa porsi terbesar dari orang-orang miskin adalah kaum perempuan (Lihat boks tentang “Gender dan Bank Dunia” dalam tinjauan umum makalah ini). Pada level pinjaman, pengurangan kemiskinan tidak tampak menduduki kekuatan penentu dalam menyeleksi proyek. Hanya pada tahun-tahun belakangan ini, Bank Dunia memiliki investasi dalam “pengembangan modal manusia” yang dapat dilihat dari porsi pinjaman Bank Dunia, dan pada tahun 1995 hanya 24 persen dari komitmen pinjaman baru dapat digolongkan sebagai ditujukan untuk kaum miskin.
Secara lebih umum lagi, Bank Dunia disalahkan karena mengadopsi sebuah pendekatan pemberian kompensasi untuk mengurangi kemiskinan sebagai sesuatu yang melekat dalam pertumbuhan ekonomi, daripada mengupayakan pengentasan kemiskinan sebagai suatu usaha sentral dari seluruh cara kerjanya. Sementara itu, berbagai kritik menyatakan bahwa ekspansi ekonomi mungkin sebuah kondisi yang dibutuhkan untuk mengurangi kemiskinan, dan itu tidak sepenuhnya diperlukan. Mereka membantah bahwa banyak prakarsa Bank Dunia mengenai kemiskinan baru-baru ini mengarah kepada gejala kemiskinan ketimbang mengarah kepada akar strukturalnya. Beberapa sumber terdaftar pada boks 13, “Akar-Akar Kemiskinan Struktural”.
Kritik kepada Bank Dunia sekarang ini difokuskan pada level kebijakan ekonomi makro yang ketika bergandengan dengan program-program pemberian ganti rugi untuk masyarakat miskin kadang-kadang memperburuk kemiskinan dan ketimpangan-paling tidak untuk jangka pendek-suatu negara dan antarnegara. Dalam model yang sama, dunia sedang mengalami proses globalisasi ekonomi dan itu dapat dikatakan pula bahwa ada globalisasi kemiskinan. Satu dari lima penduduk bumi menghasilkan dan menikmati 85 persen pendapatan per kapita dunia. Beberapa pihak beralasan bahwa restrukturisasi ekonomi dunia yang berada di bawah arahan Bank Dunia dan IMF telah mengingkari kesempatan negara-negara berkembang untuk membangun ekonomi nasional yang sehat dan mengurangi kemiskinan global dan ketimpangan.